Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Seorang Pria yang Memutuskan untuk Bermetamorfosis

Dryad –peri pohon-- suku Papilione, para Papilionis duduk melingkari Fura Tre, pohon pinus keramat di dalam hutan Skogur, di Negara Islandia. Mereka mengikuti ritual malam ini dengan khidmat, terutama Torir. Peri bertubuh pria itu telah mengambil keputusan terpenting dalam hidupnya. Sekumpulan Eldur –api roh— tiba-tiba menyala di sekeliling para Papilionis, ketika seorang tetua mengumumkan, “Malam ini, salah satu anak kita akan melakukan myndbreyting. Ia memutuskan untuk menjadi dewasa. Semoga para roh mengawalnya.” Para Papilionis mengeluarkan kata-kata semacam Amiin untuk membalas doa tersebut. Ketika suara-suara lirih itu menghilang, tetua melanjutkan, “Torir putra Haukr, majulah. Ambillah sehelai daun dari Fura Tre.” Setelah titah itu keluar, dengan perasaan antara bangga dan gundah Torir melangkah ke depan. Ia harus mengambil sehelai daun berbentuk jarum yang gugur dari Fura Tre. Pengambilan daun menjadi sebuah simbolis dan awal proses myndbreyting –seperti metamorfosis--

Kolaborasi : Kejutan untuk Syamsir

Cerpen kolaborasi bersama Wulan Zair* Akhir-akhir ini rupaku berubah, tanpa ekspresi. Ada rasa bahagia tersirat dari balik diam. Perasaan sedih tak ingin kalah, menggelayut di raut wajah yang datar. Malam berganti pagi, siang menjelma sore, hanya menunggu waktu untuk merayakan kelulusan. Separuh dari temanku akan pulang. Aku sibuk memikirkan cara terbaik bersenang-senang tanpa perlu merasakan getirnya perpisahan. Kuputar isi otak brilianku hingga kusut akar-akarnya. Ah, kenapa semua ini menjadi begitu runyam. Hingga sore yang terang itu akan menghitam, tak ku dapati sebuah ide. Hanya beberapa coretan di kertas di depanku. Mungkinkah harus menunggu semua teman pulang, pikirku, untuk mendapatkan cara yang tak terlupakan, yang akan terkenang? Entahlah.

Kebahagiaan yang Telah Berlalu dan Kebahagiaan yang Tertunda

Ponokawan Somen bukan main senangnya, hari ini ia dapat berfoto dengan Dewi Kencana Asri, wanita yang dulu sangat dicintai. Ia tak dapat berhenti tersenyum ketika mengingat momen membahagiakan tadi , apalagi ketika melihat pipi merah Sang Dewi. Junet beranjak dari kursi yang ada di depan rumah di Negeri Legi. Sambil menyelam minum air, Junet meraih jaket, helm dan kunci motor miliknya dan menyiapkan sebuah kotak berbungkus kertas kado. Ia berencana mendatangi rumah Somen untuk merayakan wisuda salah satu sahabatnya tersebut. Bagaimana Somen menceritakan itu kepada teman-temannya menandakan bahwa kali ini ia merasa sangat bahagia. Harapan mengenai kehadiran Junet dan ponokawan yang lain hilang seketika. Apalagi harapan bahwa salah satu partner Somen, Ais yang datang memberikan kejutan hanya angan kosong. Telah lama dilupakan setelah melihat wajah manis Dewi Kencana Asri.

Pembakaran Hak Asasi dan Nurani

Di siang yang terik itu, Ponokawan Junet berlari ke rumah Somen, dengan tergesa-gesa, hingga mulut ndoweh nya bergetar tak keruan. Ponokawan yang memiliki Aji Jambulseok itu ingin menyampaikan suatu kabar berita kepada sahabatnya tersebut. Kabar yang menurut Junet adalah kabar yang akan membuat Somen tertarik untuk dibahasnya bersama. Junet tahu kalau sahabatnya itu suka membahas hal-hal macam apa yang ingin disampaikannya. Dengan nafas yang tersengal, Junet akhirnya sampai di depan rumah Somen, di Negeri Madayu. Tanpa menunggu kaki-kakinya berhenti bergetar, Junet memanggil nama Ponokawan yang sempat menggegerkan Negeri Kahyangan karena cintanya kepada Dewi Kencana Asri. 3 kali panggilan, Somen pun menjawab. Beruntung bagi Junet karena ponokawan Somen berada di rumah, ia sedang tidak bertugas di keraton Raja Arha. Seketika itu Somen bertanya, ada apa koq grusa grusu kepada Junet. Junet mengatur nafas supaya ucapannya dapat enak didengar Somen.

Pembunuhan Setelah Wisuda

Ian bersedih melihat tubuh Sekar bersimbah darah. Ada bulatan kecil di dada samping bahu kanan yang tercipta gara-gara peluru yang ditembakkan kepadanya. Wanita itu telah menghembuskan nafas terakhir di pangkuan Ian. Dilihatnya hadiah dan bunga yang tak sempat ia ucapkan terima kasih itu tergeletak. Pria berkacamata yang telah mengganti kostum wisudanya dengan pakaian khas Assassin bertekad akan mengejar pasukan Templar yang telah melakukan hal keji itu. Setelah membaringkan Sekar, mendoakan ketenangan untuk wanita itu, pikiran Assassin muda melambung pada kejadian beberapa menit yang lalu. Seharusnya ini adalah hari paling membahagiakan untuk Ian dan Sekar. Pagi sehabis Ian berganti pakaian wisuda dan memakai toga di kamar mandi kampus, ia bersama Soi berjalan ke arah Graha ITS. Semuanya tampak normal. Sebagai seorang Assassin tentu saja ia harus selalu waspada dengan segala kemungkinan. Ia menyelipkan sebuah bilah pisau tersembunyi di balik jubah panjangnya, yang dapat la

Cintaku Bersemi Sewaktu Flooring bag. 2 : Sebuah Pencarian (Pria Misterius itu Mahasiswa Abi)

“Subhanaka Allahuma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.” “Maafin Mbak kalo ada salah selama mentoring pagi ini, semoga hari kalian menyenangkan. Wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” ucap Mbak Dila menutup mentoring lanjutan pagi ini. Mbak Dila menyalami kami satu per satu dan cipika-cipiki.  Musala D4 memang kecil, hanya berukuran 3 kali 5 meter. Namun jika sering diadakan mentoring di sini, maka manfaatnya akan bertambah. Walaupun mentoring lanjutan telah selesai, aku, Mbak Dila dan teman kelompok mentoring yang lain tidak langsung meninggalkan musala, kami menuju tempat wudu. Kami ingin menunaikan shalat dhuha. Masih terdapat 15 menit sebelum kuliah pertama pukul 08.00 dimulai.

Cintaku Bersemi Sewaktu Flooring bag. 1 : Flooring Pertama

“Baiklah, apakah ada pertanyaan atau tanggapan?” ujar Riko, Penanggung Jawab Suksesi Himpunan tahun ini, namun kali ini dia bertindak sebagai seorang moderator. Perawakannya yang gagah dan duduknya yang tegak membuatnya terlihat cocok untuk memimpin jalannya flooring . Malam ini adalah flooring pertama kami sebagai Komisi Pemilihan Umum atau KPU.  Tentu saja pengalaman pertama ini membuatku sedikit tegang. Flooring itu asyik koq, kalimat itu terus berputar di dalam kepalaku. Kalimat yang sering diucapkan oleh Mas Ar, kakak kelas dari himpunan yang senantiasa menemani kami dalam mengonsep draf petunjuk pelaksanaan suksesi himpunan. Ya mungkin saja akan mengasyikkan   sehingga aku dapat tertawa dengan riangnya, pikirku.

Kampusku Angker

Aku berjalan melewati koridor besar yang menghubungkan gedung lama dan gedung baru kampusku. Kampusku adalah kampus tua. Kata orang kampusku angker. Banyak yang telah membuktikannya. Salah satu penjaga kampus, Pak Joko pernah berkata bahwa di koridor ini sering terdengar tangisan wanita. Tidak main-main, setiap Kamis malam di atas pukul 12, suara itu kerap muncul. Mengganggu siapa saja yang lewat. Dan kini aku berada di sini. Kulihat jam tanganku. Waktu menunjuk 11.30 malam. Untung saja hari ini Hari Selasa. Walaupun begitu, aku tetap merasa takut. Panjang koridor yang tidak seberapa seharusnya membuatku dapat mencapai gedung baru dengan cepat. Namun, suasana malam ini terasa lambat. Tidak ada angin yang berhembus. Semak-semak dan dedaunan dari pohon yang ditanam di taman kanan kiriku tak bergerak. Membisu, seperti sedang membiarkanku berlalu melewati koridor yang sepi.

Teruntuk Sang Mentor

Hari Rabu menjelang wisuda kakak kelas program studi Diploma 4, aku mengajak Ilham, Agung, Ian untuk memberikan kenang-kenangan kepada Mas Anugro, mentor lama kami. Kenang-kenangan berupa suatu barang yang dapat bermanfaat. Selain sebagai ucapan maaf dan terima kasih, hadiah yang akan kami berikan sebagai pengganti traktiran yang pernah Mas Anugro lakukan di awal mentoring dulu. Kelompok mentoringku (selain ketiga orang tersebut) juga ada Indro, Arnel dan Aziz, walaupun Aziz hanya mengikuti dua pertemuan. Kami melakukan mentoring tidak sesering kelompok yang lain. Apalagi di akhir-akhir ini, mungkin mulai awal semester 5, kami sudah tidak pernah melaksanakan kegiatan pembinaan tersebut. Ada saja alasan yang kami lontarkan, sebagai dalih untuk menutupi rasa malas kami. “Ayo kita ngasih sesuatu buat Mas Anugro! Ya minimal sebagai pengganti traktiran di Jannah dulu, gimana?” ajakku sore itu. “Oke, aku ikut aja, “ jawab Ian sekenanya, ia masih asyik bermain sebuah game PC.

Tips Supaya Bisa Jadi Juara Kelas

" Siapa yang tak ingin jadi juara kelas? Mendapat peringkat satu dan punya nilai tertinggi. Selain harus belajar sungguh-sungguh, beberapa hal ini dapat kalian lakukan supaya bisa mewujudkannya, " ujar ponokawan Somen kepada para binaannya. Di bawah pohon yang rindang itu, Somen bersama Bas, Amstrong, Raset, Ex, dan Santos menjalankan pembinaan rutin dunia pewayangan. Berbekal ilmu yang didapatkan selama mengabdi di Negeri Madayu dan kuliah di Padepokan Elektronika Pewayangan (PEP) juga pengalaman ngemong para Ksatria, Somen diutus oleh Raja Arifisna untuk membina ponokawan-ponokawan muda untuk bisa meneruskan jejak Somen. Raset, ponokawan muda berbadan gemuk, yang sedari tadi memandangi bunga-bunga di sebelah kanan mereka kini menaruh fokus kepada sang mentor. " Mas, ayo segera beritahu apa yang harus kami lakukan supaya bisa peringkat satu di kelas, " pinta Raset.

Terima kasih amanah, karena telah mempertemukanku dengan dia

Waktu itu aku masih belum memaknai amanah sebagaimana yang kamu percaya, wahai wanita dengan seribu kesibukan. Terkadang aku malu dengan waktu yang telah banyak aku siakan, tentang kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh Tuhan kepada diri ini, juga tentang keistimewaan yang aku pegang. Namun terlalu banyak keegoisan yang membuat semua itu lenyap begitu saja. Satu tahun yang lalu aku mengenalmu, di sebuah kesempatan. Pertama aku bertemu, aku tak acuh, hanya saja, memang aku akui bahwa ada sedikit perasaan yang hinggap di hati. Aku tidak pernah membayangkan akan menjadikan rasa itu sungguhan, apalagi kita di antara orang-orang yang saling menundukkan pandangan.

Mukena Biru Tua : Pandangan Pertama

Pak Karta adalah guru bahasa inggris kelasku. Beliau adalah guru yang termasuk senior di SMA ku. Ada beberapa keriput di wajahnya dan warna rambut putih alias uban yang hampir memenuhi kepalanya. Dengan pengalaman yang sudah lebih dari 30 tahun itu, Pak Karta yang sekaligus dosen dari beberapa perguruan tinggi sering memberi tugas yang aneh dan tidak seperti guru yang lainnya. Kreatifitas dalam mengajar , begitulah yang aku pikirkan. Kali ini, Pak Karta memanggil satu persatu anak untuk maju menghadap beliau di meja guru. Pak Karta ingin menilai cara berbicara bahasa inggris kami. Sehingga kami bisa melakukan apapun jika tidak sedang maju ke depan. “Semuanya kalo bisa yang rajin kayak Ariyandi ya,” ujar Pak Karta di sela-sela menilai Sugi , temanku yang saat ini duduk di depan Pak Karta untuk unjuk gigi. Aku hanya bisa tersenyum malu ketika namaku disebut oleh Pak Karta . “Baik Pak!” jawab teman-temanku dengan kompak ditambahi dengan sedikit anggukan. Setelah mendapa

Juara Bersama BNI

Sekitar 3 tahun yang lalu, yaitu ketika saya berada di kelas 12 SMA. Saya mendapatkan 2 pengalaman berharga sekaligus. Ialah mendapatkan juara 1 di sebuah kompetisi dan berkesempatan memiliki tabungan di bank. Waktu itu saya bersama teman-teman saya mengikuti Try Out Ujian Nasional berhadiah uang yang dilaksanakan di Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Surabaya atau yang sekarang menjadi Politeknik Pelayaran Surabaya di daerah Gunung Anyar Boulevard. Memang waktu itu saya hanya berkeinginan untuk menguji kesiapan sebelum menghadapi Ujian Nasional, sehingga tidak terlalu memikirkan hadiah, apalagi mendapatkan juara 1. Tidak terlintas sedikit pun pikiran mengenai kemenangan. Berbekal 2 buah pensil dan penghapus dan Bismillah, saya mengerjakan soal-soal yang diberikan dengan sebaik-baik yang saya bisa. Tidak ada persiapan khusus yang saya lakukan malam harinya, hanya saja karena saat itu saya adalah Ketua kelas, saya harus memberikan informasi terkait Try Out ini

Kisah Dua Ekor Burung Merpati

Alkisah, di sebuah hutan terdapat 2 ekor burung merpati yang bersahabat. Burung merpati putih dan burung merpati berwarna cokelat. Mereka berdua adalah sahabat sejati. Keduanya saling menolong dan membantu jika ada salah satu di antara mereka yang membutuhkan. Tidak hanya kepada sahabatnya, mereka terkenal baik hati kepada seluruh penghuni hutan. Baik merpati putih maupun merpati cokelat adalah burung yang ramah dan jujur. Hanya saja merpati putih yang lebih cerdas daripada merpati cokelat. Merpati putih suka mencari tahu tentang segala hal.  Merpati putih selalu bersama merpati cokelat kemana pun mereka pergi, mulai dari mencari makan, belajar dan mengunjungi teman yang lain. Penghuni hutan yang lain sudah mengetahui persahabatan di antara keduanya, bahkan sang raja hutan, yaitu singa yang memberikan istilah sahabat sejati kepada keduanya. Pada suatu hari yang cerah, saat merpati putih dan merpati cokelat terbang bersama, mereka melihat kerumunan binatang di bawah mereka.

Surabaya 2057 : Sendiri Tanpamu

Kau terbangun dari tidur panjang yang lelahkanmu, Sesali wajahmu merenta kisahmu terlupa, Kau sadari semua yang berjalan tlah tinggalkanmu , Dan tak dapat merangkai semua dekat di khayalmu... Kau dibangunkan oleh sinar matahari yang merayap masuk ke kamarmu melewati lubang-lubang jendela. Kau sengaja membuat lubang-lubang yang berukuran tak terlalu besar itu supaya kau masih bisa merasakan hangatnya cahaya di pagi hari. Walaupun seharusnya kau tahu kau harus menutup rapat-rapat jendela itu, supaya dapat lebih aman dari gangguan serangga-serangga malam ketika kau terlelap tidur. Kau masih bisa merasakan kengerian ketika menjumpai seekor kecoa berukuran satu kepalan tangan di suatu malam. Tapi sekarang sudah pagi, kau merasakan senyummu mengembang karena bersyukur masih bisa bernafas. Matahari masih mau menampakkan wajahnya pagi ini, mungkin tidak terlalu pagi , pikirmu. Kau bertanya jam berapa sekarang, dan kau memutuskan untuk mendongak melihat jam yang bertengger di dinding. P

Peduli itu Menyusahkan

" Aku takut kalau aku tak lagi peduli, " ucap Ponokawan Somen sembari berjalan menjauh. Ponokawan Junet hanya bisa tertegun mendengar perkataan sahabatnya tersebut. Junet hanya bisa menerka maksud dari ucapan Somen, tanpa punya niatan untuk bertanya kepada salah satu ponokawan terbaik di negerinya itu. Junet memahami bahwa permasalahan yang dihadapi Somen saat ini tidak hanya masalah fisik, namun juga psikis. Junet sering mendapati Somen kerap menirukan ucapan orang-orang terkenal yang berkaitan dengan filsafat kehidupan, khususnya mengenai kepedulian. Atau jika tak begitu, Somen sering merenung sendiri, sama seperti ketika Junet menerima ajakan Somen di suatu senja yang jingga. Ketika para fotografer berebutan untuk mengabadikan keindahan kaki-kaki langit. Somen waktu itu duduk termenung di pinggir danau Wanituwo di Negeri Sirumina. Di atas duduknya yang membeku, tatapan Somen kosong. Beberapa kali merubah posisi tangan dan kaki juga belum mampu menjawab

Keluarnya Hanoman dari Buku

Senja ketika rasa bersalah itu muncul, Ponokawan Somen bersama Junet memutuskan untuk pergi ke toko buku. Somen masih merasa tidak enak dengan apa yang terjadi di grup Whatsapp sejak kemarin. Langit masih menggulung awan putih dan menggelar mega-mega, angin semilir menabrakkan diri pada pipi Somen dan Junet yang berboncengan motor, namun Somen belum tentu memaafkan salah satu ponokawan yang memperuh keadaan. Toko buku adalah pilihan yang tepat untuknya melupakan itu semua. " Kate nggolek buku opo toh Men? ", tanya Junet kepada Somen yang waktu itu melamun manja. " Emboh Jun, pokoke nang toko buku, be'e onok buku seng apik. " jawab Somen sekenanya.

Bunda, Mimpimu Akan Terwujud!

"Allah!", aku terperanjat dari tidur. Terbangun lalu kucoba 'tuk duduk bersila di atas kasur. Nafasku berat dan tersengal seperti ada sebuah balok kayu besar yang ditaruh di atas dadaku. Dapat kurasakan setiap nafas yang terhembus mengeluarkan bunyi yang nyaring. Bunyi yang keluar dari rongga hidungku terlampau keras hingga aku dapat mendengarnya bersautan dengan suara detak jarum jam. Aku mendongak ke arah jam yang bertengger di dinding. Waktu menunjukkan pukul 2 dini hari. "Aku bermimpi buruk," gumamku sembari memegang kepala yang sempat terasa sakit ini. Tanganku basah oleh keringat yang mengalir di dahiku. Aku hampir tidak pernah bermimpi buruk sejak 1 tahun yang lalu. Aku benar-benar merinding dengan apa yang sempat aku lihat dalam mimpi tadi. Aku hanya bisa mengingat sesosok hitam yang mengejarku hingga ke tengah lapang, mengejar terus seakan tak mengijinkanku untuk menjauh, lalu aku menuju sebuah gang yang kukira tak berujung. Di kanan kiri gang tersebu

Kado Terindah

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini Ponokawan Somen mengalami kegundahan yang tidak pernah ia rasakan . Kegundahan ketika akan menyambut hari kelahirannya. Beberapa minggu yang lalu, Somen berkeinginan untuk mendokumentasikan 10 tahun hidupnya, mulai hari dimana usianya menginjak 21 tahun hingga nanti ketika usianya 30 tahun. Namun karena ada banyak urusan yang harus ia tangani, terutama kesibukan-kesibukannya sebagai abdi dalem Kerajaan Madayu, pimpinan Raja Arha. Kesibukan itu benar-benar menguras tenaganya, sehingga walaupun ada waktu senggang, ia terlalu lelah untuk merencanakan keinginannya tersebut. Dan, terang saja Somen menjadi gundah gulana seperti ketika ia memikirkan Dewi Kencana Asri.