Langsung ke konten utama

Postingan

Ponokawan Somen dan Dewi Mardhiyah

Bagi Ponokawan Somen semakin susah ia mendekati seorang wanita, semakin besar rasa cintanya kepada wanita tersebut. Mungkin bagi seorang pejuang seperti Somen, cinta wanita adalah sesuatu yang harus dimenangkan, meskipun kenyataannya 95% kisah cinta Somen selalu berakhir menyedihkan. Ia tidak hanya kalah tapi juga dicampakkan, dipermalukan, dikhianati.  Kisah cinta sang pemimpin ponokawan yang akan saya ceritakan kali ini ialah cinta kepada seorang dewi yang pernah magang di Negeri Madayu, namanya Dewi Mardhiyah asal Negeri Bantani. Ponokawan Somen mengenal sang dewi ketika di Padepokan Jagariya 88. Dewi Mardhiyah ditugaskan oleh rajanya untuk mendalami ilmu pengadaan barang dan jasa di padepokan tersebut. Di suatu kesempatan, mereka berdua berada dalam satu ruangan. Itulah momen pertama kali Somen bertemu seorang wanita manis yang belum pernah ia lihat di Padepokan Jagariya 88. Somen menatap mata indah bola pimpong miliknya. Ada perasaan aneh yang merayap di dada Somen. Perasaan yang
Postingan terbaru

Sang Naga: Desa Skara

Bjorn Lightfire terkapar tak berdaya dan kelelahan. Kedua matanya susah untuk dibuka. Dadanya naik turun mengikuti irama nafas. Kulitnya merasakan udara yang begitu panas. Sepertinya ia berada di tengah-tengah kobaran api dan abu yang berterbangan membuat matanya perih dan nafasnya berat. Dengan susah payah, Bjorn membuka mata. Dengan gemetaran, ia mencoba duduk dan memahami apa yang sedang terjadi. Ia tak mengingat apapun, tak tahu entah apa yang telah terjadi dan dimana ia berada. Semakin mencoba berpikir, kepalanya menjadi semakin sakit. Ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Ia memuntahkan darah hangat dari mulutnya. Lalu ia terbatuk. Ia melihat ke sekeliling. Terjadi kebakaran sejauh mata memandang. Kobaran api membakar semua yang ada di daratan itu. Semak, pepohonan, rumah-rumah. Abu hitam berterbangan. Sampai detik ini, Bjorn tidak mengingat apapun. Kepalanya terasa sangat berat. Ia muntah darah lagi. Lalu batuk lagi. Suaranya serak. "Cih! Bajingan!" Bjorn memilik

Puisi Tiga Windu

Siang hari menjauh dari keriuhan, seorang pemuda mengadu kepada sepi. Bertanyalah dia, “Dimanakah rumah?” tiada jawab. Berkelana dalam imajinasi seraya bertanya pada khayalan tiap kali ditemui, “Dimanakah rumah?” tiada terjawab. Bertaruh untuk segudang makanan pokok di pinggir sungai dengan anak-anak berkulit cokelat, dilemparkannya undian itu, sambil bertanya, “Dimanakah rumah?” tiada juga balasan. Anak-anak itu malah tertawa dan berlalu pergi. Sebuah pasar ikan berpindah ke kepala pemuda itu. Bersamaan dengan berbagai jenis ikan yang pernah dan tak pernah kau lihat sebelumnya. Lalu, melalui perantara otak kecil, pemuda itu bertanya kepada para penghuni kepala, “Dimanakah rumah?” Seketika ikan-ikan yang biasanya berenang, malah terbang dengan sayap buatan di punggung mereka, pergi menjauh tanpa babibu. Pemuda itu berjalan berjingkat-jingkat, selayak penari balet yang baru berlatih. Tangan pemuda mengepal seakan ingin meninju barang apa pun yang ada di depannya. Mulutnya t

Gerakan Nasional Menutup Akun Facebook

"Kau tahu? Aku memikirkan sebuah ide," ucap Gurih kepada Mantap. Mantap masih sibuk dengan kegiatannya, menggulir layar ponsel pintarnya. Tak acuh. Seakan ia tak kaget ketika teman sejawatnya itu mengatakan sesuatu tentang "ide-idenya". "Aku ingin membuat Gerakan Nasional Menutup Akun Facebook," lanjut Gurih dengan mimik muka serius.

Kolaborasi: [Belum berjudul] Part 1

Cerpen kolaborasi dengan Rafika Nilasari. Suara tawa makin nyaring terdengar. Mataku perlahan-lahan terbuka, sekuat tenaga duduk di pinggiran ranjang dan melangkahkan kaki menuju arah suara. Meski langkah kaki gontai, kedua telingaku menangkap dengan baik asal suara gelak tawa itu; Dapur. Kulihat Ibu yang menggoreng ayam dengan sesekali mundur karena cipratan minyak dan Ayah, mencoba membantu Ibu memotong kentang. Keduanya tertawa, menertawakan Ayah yang tidak mengupas kentang dengan bersih dan potongan kentang asimetris. Aku melabuhkan tubuhku sendiri pada pintu kayu itu sembari tersenyum dan tidak sedikit-pun ingin mengganggu. Aku, dianggapnya angin lalu oleh keduanya. Semakin lama, semakin tenggelam tubuhku ke bawah. Terduduk lemah, sambil memeluk lututku sendiri. Menangis. Kembali ke dalam kamar, menghempaskan diri di atas kasur dan membenamkan kepala ke bantal agar isak tangisku tak terdengar. Semenit, dua menit, lima menit, sepuluh menit. Aku beranjak, berganti pakaian dan be

Mukena Biru Tua : Jatuh Cinta Kedua

Kantin, adalah tempat-ku-jatuh-cinta kedua kepada Dina. Siang hari ketika siswa-siswa bersorak gembira karena mendapatkan kabar bahwa guru-guru akan mengadakan rapat, ketika Aku dan Ahmad dan Arrasyid bingung karena tak ada kegiatan di masjid Al Maghfiroh (di SMA ku), sehingga harus luntang-lantung mencari kesibukan, aku memutuskan untuk mengajak kedua sahabatku ini menuju kantin. Kantin yang berukuran sebesar setengah lapangan, yang kira-kira berisi 6 penjual makanan dengan tempat masing-masing berpanjang dua-setengah meter dan berlebar tiga meter, mendadak sepi. Mungkin siswa yang lain sudah berebut jalan menuju pulang mereka masing-masing.

Volta bagian 1 : Credas telah Kembali

Rex Stone sudah menghitung kapan waktu yang tepat untuk menjemput Raptor G, sahabatnya. Raptor G adalah ilmuwan yang berambisi membuat mesin waktu hanya untuk melihat kehidupan dinosaurus secara langsung, lalu membekukan diri supaya bisa kembali ke masa kini. Selain karena perhitungan yang mendetail, Rex Stone semakin yakin bahwa sahabatnya itu telah berhasil menyelesaikan ambisinya setelah ada kabar angin bahwa seorang manusia purba ditemukan membeku di laut Maroon, seperti apa yang sudah direncanakan Raptor G. Rex Stone harus segera bergegas menuju Negara bagian Greatania tempat laut itu berada. Entah mengapa, ada hubungannya atau tidak, kebetulan atau tidak, namun Raptor G muncul di saat yang tepat ketika sebuah geng pemberontak bersenjata kembali bangkit. Geng yang berusaha menggulingkan negara pemerintahan pusat. Raptor G adalah yang pertama, pikir Rex Stone. Ia bermaksud mengumpulkan 6 sahabat yang lain. Dengan adanya Raptor G di sebelahnya, mereka dapat merencanakan rencana sel