Langsung ke konten utama

Volta bagian 1 : Credas telah Kembali

Rex Stone sudah menghitung kapan waktu yang tepat untuk menjemput Raptor G, sahabatnya. Raptor G adalah ilmuwan yang berambisi membuat mesin waktu hanya untuk melihat kehidupan dinosaurus secara langsung, lalu membekukan diri supaya bisa kembali ke masa kini. Selain karena perhitungan yang mendetail, Rex Stone semakin yakin bahwa sahabatnya itu telah berhasil menyelesaikan ambisinya setelah ada kabar angin bahwa seorang manusia purba ditemukan membeku di laut Maroon, seperti apa yang sudah direncanakan Raptor G.

Rex Stone harus segera bergegas menuju Negara bagian Greatania tempat laut itu berada. Entah mengapa, ada hubungannya atau tidak, kebetulan atau tidak, namun Raptor G muncul di saat yang tepat ketika sebuah geng pemberontak bersenjata kembali bangkit. Geng yang berusaha menggulingkan negara pemerintahan pusat. Raptor G adalah yang pertama, pikir Rex Stone. Ia bermaksud mengumpulkan 6 sahabat yang lain. Dengan adanya Raptor G di sebelahnya, mereka dapat merencanakan rencana selanjutnya.

Rex Stone bersiap untuk menaiki Dropter miliknya, menyiapkan surat ijin, surat perintah dan lisensi serta menghubungi seseorang yang ia kenal di Greatania, meski ia tidak yakin akan hal ini. Setelah semua siap, Ia melompat ke atas kendaraan yang memiliki 3 baling-baling itu. Dengan cekatan, Rex Stone membuat kendaraan terbang itu melayang meninggalkan apartemennya, melesat di atas langit Adlahn, lalu menuju ke utara.

Berbekal lisensi yang didapat dari Kingz (sahabat Rex Stone yang lain), Rex Stone dapat memasuki wilayah teritori sebuah negara bagian dengan mudah. Lisensi khusus yang bahkan tak diberikan oleh Presiden Adlahn.

Saat Rex Stone bersyukur karena memiliki lisensi itu, tiba-tiba alat seperti pendeteksi radar pada Dropternya berbunyi, ia mengirimkan salinan kode lisensi yang dibawanya ke arah pemancar gelombang radio tersebut. Ternyata Rex Stone sudah memasuki langit wilayah Negara bagian Lutin. Rex Stone menengok ke bawah, angin berhembus halus di pipinya ketika ia tersenyum melihat keindahan yang ada di Negara bagian Lutin. Negara pimpinan Abraham Finder itu merupakan negara hijau nan asri. Sepanjang yang Rex Stone lihat, taman-taman terbentang di setiap penjuru kota. “Pantas saja kalau kau betah tinggal di sana, Javier sahabatku. Lutin adalah negara yang indah,” gumam Rex Stone.

Negara bagian Lutin terlewati, lalu alat pendeteksi radarnya berbunyi lagi. Setelah hampir 2 jam, akhirnya ia telah memasuki Negara bagian Greatania, negara bagian paling utara dan paling besar di Negara persatuan Jednota. Ketika Rex Stone mendarat pada Drop-Pad di sebuah lapangan, ia didatangi beberapa penjaga bandara dengan seragam tebal berwarna merah. Warna khas Negara bagian Greatania.

“Kepala Departemen TI Kepolisian Negara Adlahn, Rex Stone,” ucap Rex Stone sembari menunjukkan kartu keanggotaannya. Rex Stone adalah Kepala Departemen Teknologi Informasi, ia yang menangani semua keamanan jaringan dan perpindahan data digital di Negara Adlahn. Negara wakil pemerintahan pusat, negara pengendali kedua setelah Negara  pusat High Walls.

Walaupun sudah memperkenalkan diri, Rex Stone masih harus diperiksa. Seluruh badan dan barang bawaannya dipindai menggunakan hazard-detector. Diberi banyak pertanyaan oleh orang-orang yang kurang ramah.

Dia melihat seorang penjaga menggeledah Dropternya. Membuka-buka dokumen dan isi tasnya. Tampaknya ia akan tertahan sangat lama di sini.

Seorang penjaga bandara Greatania bertubuh paling tinggi di antara yang lain berkata, “Kulihat Droptermu memiliki lisensi bebas-pergi-kemana-pun,” pria itu menangkap keanehan, hingga mukanya terlihat lebih rileks lalu ia melanjutkan, ”Mengapa kau datang ke Greatania?”

“Selain mempunyai lisensi itu, aku juga mendapat perintah dari Presiden Adlahn, Fillah Emerald, untuk menjemput ...” Rex Stone teringat bahwa Raptor G pernah mengingatkan untuk tidak bercerita mengenai teknologi pengulur waktunya, juga tentang keinginan Raptor G kembali ke masa lalu. Hanya Raptor G, Rex Stone, Presiden Adlahn yang mengetahui hal tersebut. “... Mengambil secara resmi manusia purba yang telah ditemukan oleh para ilmuwan di Laut Maroon.”

“Untuk apa seorang polisi IT dipercaya untuk mengambil barang arkeolog?” tanya seorang penjaga paling muda.

“Kau mau dihukum untuk mendapatkan jawaban itu, Anak muda? Hahaha,” ujar seorang pria bertubuh gemuk yang tiba-tiba datang.

“Pak Blue Bottle!” sebut Rex Stone. Blue Bottle adalah perwakilan Negara bagian Adlahn untuk Greatania. “Syukurlah kau datang tepat waktu. Terima kasih karena bersedia menjemputku di sini.”

“Aku segera kemari setelah membaca pesanmu, Anakku.” Setelah berkata itu ke Rex Stone, Blue Bottle mengalihkan pandangannya ke para penjaga, “Di Negara bagian Greatania, bukankah informasi sangatlah berharga? Tidak seorang penjaga pun boleh mendapatkan informasi atau perintah selain dari Komandan Tertinggi. Tugas kalian hanyalah menjaga keamaan. Dan dengan lisensi serta titah yang disematkan pada Rex Stone, masihkah kalian belum percaya?”

“Kami hanya melakukan prosedur standar. Selain itu, apa yang kami lakukan merupakan bagian dari penjagaan.”

“Kalian mau aku tunjukkan video perintah Presiden Emerald?” tawar Rex Stone.

“Tidak, tidak perlu. Segera hubungi Register Area di dalam bandara. Kau akan mendapatkan kartu identitas tamu Negara bagian Greatania. Lalu tanyalah letak pusat kendali ilmu Negara.”

Polisi muda yang ingin tahu tadi menambahkan, “Dan kulihat pakaianmu sudah tebal sehingga mungkin kau akan betah di sini.”

Rex Stone tersenyum lalu mengangguk paham. Ia mengucapkan terima kasih dan berlalu menuju pintu besar yang berada lurus di depannya, ditemani oleh Blue Bottle.

“Kalau aku boleh tahu, mengapa kau dan Emerald tua itu benar-benar tertarik dengan manusia purba yang baru saja ditemukan, Anakku? Kalau pekerjaanmu seorang arkeolog, aku mungkin tidak akan bertanya seperti ini. Hahaha.”

“Tuan Presiden dan aku mempunyai rencana untuk menjadikan manusia purba itu langkah awal perlawanan kepada geng Credas.” Tanpa sadar Rex Stone telah memberi informasi rahasia tersebut kepada Blue Bottle.

“Wah. Wah. Jadi rumor itu benar? Credas akan kembali melakukan pemberontakan terhadap negara pemerintahan pusat?”

“Hmm...sepertinya kabar burung ini sudah menyebar.” Rex Stone tampak berpikir. Sepertinya rumor pemberontakan Credas telah sampai ke negara Greatania. “Sebenarnya ini adalah rahasia kepolisian. Kepolisian Adlahn lah yang pertama kali membaca gerak-gerik pemimpin mereka. Kami sudah berkoordinasi dengan Kepolisian Central. Tapi kami tetap merahasiakan ini dari warga sipil supaya para simpatisan Credas tidak terpicu untuk ikut melakukan pemberontakan.” Cukup. Ia tak boleh memberikan informasi secara sembarangan lagi setelah ini.

“Kalau memang seperti itu, Anakku, kalian harus segera melakukan sesuatu. Siapapun tidak akan lupa kejadian 15 tahun yang lalu, ketika Credas hampir melenyapkan separuh Negara High Walls.”

“Ya. Kejadian itu tidak akan kubiarkan terulang.”

“Lalu apa hubungannya pemberontakan itu dengan manusia purba yang ditemukan di Laut Maroon? Hmm..”

Akhirnya mereka sampai di depan pintu bandara. Rex Stone yang belum menjawab pertanyaan itu  memasuki bandara sambil menunjukkan identitasnya, diikuti oleh Blue Bottle yang berpakaian diplomat. Rex Stone berhenti, lalu berkata lirih, “Maaf Pak Blue Bottle, di sini siapapun dapat mendengar apa yang kita bicarakan. Dengan berat hati, pembicaraan masalah tadi tidak dapat aku lanjutkan.”

“Oalah, Hahaha. Oke oke. Paham, aku paham.” Setelah merespon ucapan Blue Bottle dengan anggukan, Rex Stone melihat ke langit-langit dan seisi ruang bandara.

Bandara Greatania tidak terlalu besar seperti milik negara yang lain. Rex Stone juga tidak melihat keramaian sebuah bandara pada umumnya. Mungkin karena negara ini dingin sehingga orang luar jarang berkunjung ke sini. Setelah puas melihat sekeliling, akhirnya ia menemukan Register Area di tengah-tengah ruang utama bandara. Ia segera pergi ke sana, ia tak sabar untuk menjemput Reptor G dan memuji kehebatannya. Blue Bottle masih menemani Rex Stone.

Setelah mengurusi beberapa perijinan, Rex Stone akhirnya mendapat ijin untuk berada di Negara bagian Greatania. Ia melihat Blue Bottle seperti baru saja menelepon seseorang. “Kartu identitas khas Greatania,” ujar Rex Stone sambil menunjukkan kartu berwarna merah yang dibawanya ke arah Blue Bottle.

Blue Bottle tersenyum. “Karena negara ini dipenuhi es. Dingin. Warna merah itu dianggap dapat memberi kehangatan, seperti melihat warna api. Sangat aneh, hahaha,” terangnya.

“Aku beruntung karena kau bisa menemaniku, Pak Blue Bottle,” ucap Rex Stone. Mungkin hanya untuk sementara ini cukup membantu, ujarnya dalam hati.

“Hahaha. Jangan sungkan,” Blue Bottle tertawa. Pipi-pipi gemuknya menjadi semakin berisi karena tertekan bibir. “Oh iya, di sini sudah tidak ada orang, kau mau menjawab pertanyaanku tadi, Anakku?”

Rex Stone tampak seperti menimbang-nimbang. Ia sebetulnya sudah mengira bakal seperti ini, akhirnya ia pun dengan berat berkata, “Manusia purba harus segera diantar ke Adlahn. Bapak tidak keberatan untuk segera mengantar saya ke pusat ilmu Greatania?”

“Okelah kalau begitu. Berhubung Dropter-mu harus diparkir di area bandara, bagaimana kalo aku antar menggunakan Mobilku? Kau mungkin akan tersesat di negara besar ini. Hahaha.” Setelah mengucapkan terima kasih, Rex Stone memberi pesan singkat kepada Komandan Kepolisian Adlahn.  Lalu naik ke mobil Blue Bottle.

Di dalam mobil, rasa penasaran Blue Bottle sepertinya kembali muncul. Melihat gelagat seperti itu, Rex Stone langsung memulai pembicaraan, “Negara bagian Greatania sangat hebat. Negara yang besar. Itukah yang membuat Bapak memilih untuk bekerja di sini?” Ia ingin menghindari pembicaraan terkait Raptor G.

Blue Bottle sepertinya kecewa karena gagal bertanya, namun ia tetap menanggapi pertanyaan Rex Stone. “Tentu saja, Anakku. Lihatnya negara ini, negara yang sangat kuat. Semestinya negara ini yang menjadi Negara pusat pemerintahan Jednota. Hahaha.”

Rex Stone kaget karena ucapan Blue Bottle. “Apa maksud Bapak? Negara High Walls menjadi pusat pemerintahan karena berhasil menyatukan semua negara bagian. Sejarah  telah mencatatnya. Itu yang membuat Jednota menjadi seperti sekarang ini.”

Blue Bottle tertawa. “Aku hanya bercanda, Anakku. Tapi di dunia tidak ada yang abadi.”

“Tentu saja, Pak.”

“Dan masa lajangmu itu. Kapan berakhir?” tanya Blue Bottle yang membuat Rex Stone kembali kaget dan tersipu malu.

“Eh,” desah Rex Stone. “Belum terpikir untuk segera menikah. Banyak hal penting yang harus segera diselesaikan.”

“Menikah itu juga penting, Anakku. Kalau kau tertarik, aku dapat mengenalkanmu dengan wanita-wanita di Negara bagian Greatania ini. Kurasa tidak kalah menarik dengan wanita di Adlahn. Hahaha.”

“Terima kasih, Pak Blue Bottle. Akan aku pertimbangan.”

Blue Bottle membalas dengan senyuman. Rex Stone senang karena tak ada lagi pertanyaan tentang rencananya ke Greatania. Walaupun begitu, ia yakin bahwa Blue Bottle masih menyimpan rasa penasaran. Perjalanan mereka cukup lancar meski beberapa kali Blue Bottle berhenti untuk mengisi ulang daya mobilnya, membeli barang di toko swalayan, dan mengunjungi makanan cepat saji. Alasannya untuk mengenalkan Greatania kepada Rex Stone yang sangat ingin segera tiba.

Hampir 1,5 jam hingga sampailah mereka pada tempat tujuan. Sebuah gedung berbentuk kubus raksasa, dengan warna merah di setiap sudut dan tulisan “Gedung Ilmu Negara” terpampang di depannya.  Gedung yang keren, gumam Rex Stone. Setelah puas memandangi gedung itu, Ia beralih ke Blue Bottle. “Terima kasih, Pak. Mungkin setelah ini aku akan mengurusnya sendiri. Bapak sepertinya masih punya banyak pekerjaan.”

“Jangan begitu, Anakku. Tidak enak kan kalau meninggalkan teman dari negara yang sama. Aku masih punya banyak waktu untuk mengurusi urusan-urusanku.”

Ketika Rex Stone berpikir bagaimana cara menangani masalahnya sendirian dan tak dicerca banyak pertanyaan, ponsel Blue Bottle berdering. Ia meminta izin untuk membalas panggilan itu dan pergi menjauh. Rex Stone menggangguk dan melihat Blue Bottle segera pergi ke belakang mobilnya.

Setelah menunggu beberapa menit, Blue Bottle kembali dan berkata, “Waduh aku mendadak ada tugas. Komandan kepolisianmu memintaku mengirimkan laporan sore ini. Gawat, gawat, aku belum mengerjakan sama sekali.”

Rex Stone tersenyum, bersyukur karena Komandan kepolisian membantunya di saat yang tepat. Blue Bottle segera berpamitan dan masuk ke mobil. Mobil itu langsung berlalu dan meninggalkan Rex Stone seorang diri. Ia lalu mengambil ponselnya dan membuat panggilan ke seseorang.

“Maaf baru bisa membantu. Hari ini lumayan sibuk,” kata Komandan di ujung telepon.

“Tidak masalah, Komandan. Bantuanmu datang tepat waktu, aku tak ingin terlalu banyak informasi  rahasia yang terbongkar hari ini.”

“Baiklah. Segera selesaikan apapun yang Presiden perintahkan.”

“Siap, Pak!” ujar Rex Stone sebelum mematikan ponselnya.

Rex Stone tidak punya gangguan, setidaknya sampai saat ini. Dia belum tahu birokrasi macam apa yang akan menghadangnya nanti, meski begitu sekarang ia sangat bersemangat untuk menjemput Raptor G.

Sebelum memasuki gedung yang pintunya terbuka lebar itu, yang Rex Stone merasa aneh karena tidak ada penjagaan, ia mempersiapkan lisensi, perintah tugas, kartu identitas, dan barang lainnya.

Setelah semua siap, Rex Stone berjalan menuju pintu yang tidak akan menghambatnya dengan banyak penjaga. Ketika ia sampai di depan, sebuah ledakan terdengar sangat keras yang berasal dari dalam gedung. Rex Stone terkejut dan langsung lari ke dalam. Ia melihat para penjaga dengan warna khas Greatania jatuh tergeletak, lalu ia sangat kaget ketika melihat sebuah lambang yang sangat ia kenali tertulis di dinding sebelah kiri. Huruf C yang dicoret di tengah, lambang Credas.

Selama hampir 3 detik, Rex Stone tak bergerak, saat sadar ia berlalu ke sumber suara. Ia mencari di tiap sudut ruangan di tiap lantai. Tiba-tiba ia mendengar suara baling-baling Dropter yang sangat memekakkan telinga, berasal dari atas gedung. Ia pun menuju ke sana. Dengan berlari.

Rex Stone bergeming ketika sampai di atas dan melihat sekelompok anggota geng Credas sudah bersiap pergi menaiki Dropter, namun apa yang membuat Rex Stone semakin kaget adalah saat melihat sesosok manusia yang sejak kemarin ingin ditemui itu terkulai tak berdaya. Tubuhnya masih setengah membeku. Raptor G.

Raptor G dibawa oleh para pemberontak. Rex  Stone tak tahu mengapa para Credas menculik Raptor G, jangan-jangan mereka sudah mengetahui rencana kepolisian Adlahn dan kepolisian Central, Rex Stone tak habis pikir bisa setotol ini. Ia mengutuk dalam hati karena telah kecolongan. Namun daripada hanya diam, ia memberanikan diri untuk menghampiri musuhnya. Meski tanpa persenjataan lengkap. Yang dibawa hanyalah sebuah pistol portabel yang disembunyikan di balik jaket tebalnya. Ia melangkah maju dan berteriak, “Lepaskan manusia purba itu! Itu adalah aset negara Jednota dan harus dibawa ke Negara bagian Adlahn!”

Setelah mengatakan itu, Rex Stone melihat seorang pria dengan kepala tertutup kain hitam dengan membawa senapan laras panjang, yang sebelumnya berada di Dropter melompat turun ke bawah. “Kukira ini bukan manusia purba biasa. Kalau seorang polisi jauh-jauh dari Adlahn datang ke Greatania hanya untuk mengambil makhluk sialan ini, berarti ini adalah barang yang berharga,” ucap pria tersebut.

Bagaimana pria itu bisa mengetahui informasi tersebut, pikir Rex Stone. “Siapa kau?” Ia bertanya karena ia hampir mengenal semua petinggi Credas yang memimpin pemberontakan 15 tahun yang lalu, yang telah ia pelajari dari catatan kepolisian.

“Jadi kau ingin tahu?” tanya pria yang kini perlahan membuka kain dari wajahnya.

Rex Stone kaget bukan main karena melihat seorang yang dikenalnya, salah satu sahabat yang ingin dijemputnya setelah ini untuk melawan Credas. Triple X.

“Triple X!”

“Kejutan kecil, huh?”

“Kenapa kau menjadi bagian dari Credas? Kenapa kau ikut memberontak?” tanya Rex Stone.

“Kau sama seperti dulu, Rex. Kau itu terlalu baik hati. Dan lugu,” Triple X berkata sambil mengacungkan senjatanya ke arah Rex Stone, “Ini semua adalah revolusi!”

“Revolusi?” Rex Stone tampak tak percaya.

Triple X tertawa.

“X, kau mau balik atau tinggal untuk reuni bangsatmu itu?” tanya seseorang dari dalam Drop-ter.

“Sampai jumpa, kawan lama! Ada banyak kejutan yang telah menantimu.” ucap Triple X sambil melompat ke atas Dropter yang siap terbang.

Rex Stone berusaha berlari mendekat namun Dropter itu telah terbang jauh, ia menembakinya dengan pistol portabel yang tiada guna.

Kini Rex Stone menyesali apa yang telah dilihat. Triple X, seorang pria gundul sahabatnya itu telah bergabung dengan Credas dan menculik Raptor G. “Apakah Triple X sudah tahu bahwa yang diculiknya itu adalah Raptor G?” gumam Rex Stone. Namun, yang memenuhi otak Rex Stone adalah mengenai revolusi yang diucapkan oleh Triple X. Jadi benar apa yang diinginkan oleh Credas adalah revolusi, seperti cita-cita mereka dahulu?

Rex Stone memutuskan untuk kembali ke Adlahn dan menemui Presiden Fillah Emerald. Dan meminta maaf karena tak berhasil menyelesaikan misinya kali ini, padahal ia telah berjanji akan mengalahkan Credas dan mencegah pemberontakan seperti 15 tahun lalu. Meski saat itu ia belum bergabung dengan kepolisian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Dua Ekor Burung Merpati

Alkisah, di sebuah hutan terdapat 2 ekor burung merpati yang bersahabat. Burung merpati putih dan burung merpati berwarna cokelat. Mereka berdua adalah sahabat sejati. Keduanya saling menolong dan membantu jika ada salah satu di antara mereka yang membutuhkan. Tidak hanya kepada sahabatnya, mereka terkenal baik hati kepada seluruh penghuni hutan. Baik merpati putih maupun merpati cokelat adalah burung yang ramah dan jujur. Hanya saja merpati putih yang lebih cerdas daripada merpati cokelat. Merpati putih suka mencari tahu tentang segala hal.  Merpati putih selalu bersama merpati cokelat kemana pun mereka pergi, mulai dari mencari makan, belajar dan mengunjungi teman yang lain. Penghuni hutan yang lain sudah mengetahui persahabatan di antara keduanya, bahkan sang raja hutan, yaitu singa yang memberikan istilah sahabat sejati kepada keduanya. Pada suatu hari yang cerah, saat merpati putih dan merpati cokelat terbang bersama, mereka melihat kerumunan binatang di bawah mer...

Rahasia di Balik Nama 'Soi'

ii..So'i takok ii.. ii..So'i takok ii... ii..So'i takok ii.. (RE: ii..So'i tanya ii) Tulisan diatas adalah lagu yang sering dinyanyikan Gentong, saat bertanya tentang pelajaran kepadaku.   SOI. Nama yang terdiri dari 3 huruf ini menjadi saksi perjalanan hidupku. Setiap orang yang bertemu dan mengetahui nama populerku, yaitu soi, mereka bertanya, apa hubungannya Safrizal Ariyandi dengan Soi. Namun, nama Soi atau yang sekarang bisa menjadi Soimin, Somen, atau Sombe, memiliki perjalan panjang dalam penciptaan nama tersebut. Melalui artikel ini, aku akan mengungkapkan rahasia di balik nama yang melegenda tersebut.

Ponokawan Belajar Bahasa Jepang

Sepertinya Petruk penasaran dengan tulisan njelimet yang ada di brosur yang baru didapatnya. ''opo kuwi, Truk?'' samber Gareng, hladalah Bagong nyauti, ''iku boso jepang, ckckck...nihongo desu yo.'' Petruk dan Gareng mlongo, seperti ketika melihat Dropadi ditelanjangi di depan para Korawa dan Pandawa saat bermain dadu, seakan tak percaya. ''Sini sini, ta'uruki..'' Bagong rada sombong, ''ini bahasa jepang, tulisannya kayak pallawa atau aksara jawa..'' Petruk mantuk-mantuk. Petruk dan Gareng menyimak pelajaran yang diajarkan oleh Bagong, tiba-tiba sang Rama, Semar lewat, ''heuheuheu, good good.''