Langsung ke konten utama

Kisah Dua Ekor Burung Merpati



Alkisah, di sebuah hutan terdapat 2 ekor burung merpati yang bersahabat. Burung merpati putih dan burung merpati berwarna cokelat. Mereka berdua adalah sahabat sejati. Keduanya saling menolong dan membantu jika ada salah satu di antara mereka yang membutuhkan. Tidak hanya kepada sahabatnya, mereka terkenal baik hati kepada seluruh penghuni hutan. Baik merpati putih maupun merpati cokelat adalah burung yang ramah dan jujur. Hanya saja merpati putih yang lebih cerdas daripada merpati cokelat. Merpati putih suka mencari tahu tentang segala hal. 

Merpati putih selalu bersama merpati cokelat kemana pun mereka pergi, mulai dari mencari makan, belajar dan mengunjungi teman yang lain. Penghuni hutan yang lain sudah mengetahui persahabatan di antara keduanya, bahkan sang raja hutan, yaitu singa yang memberikan istilah sahabat sejati kepada keduanya.

Pada suatu hari yang cerah, saat merpati putih dan merpati cokelat terbang bersama, mereka melihat kerumunan binatang di bawah mereka. Mereka pun terbang mendekat. Ternyata saat itu harimau memberikan kabar berita ke hewan-hewan yang lain. Terdapat rusa, kura-kura dan kelinci mendengarkan harimau dengan seksama. Merpati putih dan merpati cokelat memutuskan untuk bergabung dengan mereka.


“2 hari lagi hutan ini akan dibakar!” ucap harimau. Harimau mengumumkannya dengan sangat serius seakan-akan berita tersebut benar.

“Benarkah Harimau?” tanya rusa yang sangat penasaran. “Kalau memang benar, berarti kita harus segera pergi dari hutan ini dan mencari tempat tinggal baru!”

“Benar Pak Rusa, kita harus segera mencari hutan baru.” Harimau menjawab dengan sungguh-sungguh dan membenarkan ide rusa.

Merpati putih yang cerdas tidak serta merta mempercayai kabar angin itu walaupun binatang yang lain tampak mengiyakan. “Mengapa hutan ini harus dibakar?” tanya merpati putih.

“Entahlah, mungkin saja hutan ini akan dijadikan perkebunan dan perumahan manusia!” harimau mencoba menerka maksud pembakaran hutan.

Kelinci yang sedari tadi hanya diam, kini ikut mengomentari, “Benar juga, mungkin manusia menginginkan hutan ini digantikan dengan kebun dan rumah-rumah, aku juga pernah mendengar dari kerabatku di hutan yang lain bahwa hutannya telah ditebangi dan dibakar.”

Kura-kura juga ikut memberikan gagasan, “Kalau begitu kita harus segera memberitahukan hal ini kepada penghuni hutan yang lain!”

“Kita tetap harus mencari tahu kebenaran berita ini sebelum membuat seluruh penghuni hutan kebingungan dan gempar!” ucap merpati putih.

Merpati cokelat tampak berpikir keras, jiwa penolongnya kemudian muncul, “Aku harus segera memberitahukan berita ini kepada seluruh binatang di hutan ini. Aku dapat terbang dengan cepat.” Merpati cokelat menawarkan bantuan.

“Tunggu dulu sahabatku, kita harus mencari tahu kebenarannya sebelum memberitahu yang lain.”

“Terlalu lama sahabatku, aku takut jika teman-teman yang lain tidak sempat untuk bersiap-siap dan pergi dari hutan ini. Aku harus segera memberitahukan hal ini kepada mereka.”

Tidak seperti biasanya, merpati putih dan merpati cokelat berbeda pendapat. Harimau, rusa, kura-kura dan kelinci juga berusaha untuk mengambil tindakan. Rusa dan kelinci secara bergantian berkata, “Tapi benar kata merpati putih, kita harus mencari tahu kebenaran berita itu.” “Ya, aku setuju.”

Kelompok kecil itu kini terbagi menjadi 2 bagian, bagian yang ingin langsung menyebarkan berita tersebut dan bagian yang ingin mencari kebenarannya terlebih dahulu. Harimau, kura-kura dan merpati cokelat membagi tugas yang harus dilakukan. Harimau akan memberitahu raja hutan, singa. Kura-kura dan merpati cokelat bertugas menyebarkan berita tersebut.

Tanpa diperintah lagi, merpati cokelat dan kura-kura pergi menyebarkan berita itu. Merpati putih melihat sahabatnya tersebut dengan perasaan sedih, baru kali ini mereka tidak satu pikiran dan harus memilih jalan masing-masing. Tapi tidak masalah, kebenaran harus diungkap, pikir merpati putih. Merpati putih meminta tolong kepada rusa dan kelinci untuk menemaninya dalam mencari kebenaran berita pembakaran hutan.

“Maafkan aku merpati putih, bukannya aku tidak mau, tapi aku harus berjaga-jaga jika memang berita tersebut benar. Aku harus memberitahu keluargaku terlebih dahulu, supaya mereka waspada. Namun aku berjanji tidak akan mengabarkannya ke binatang yang lain sebelum ada kepastian darimu.” ucap rusa dengan perasaan tidak enak.

“Aku juga merpati putih, aku bertubuh kecil, aku takut jika aku tidak sempat melarikan diri bila kabar itu benar. Maka aku berniat untuk berjaga-jaga dan berpindah di sisi terluar hutan, supaya dapat pergi dengan cepat. Aku mohon ijinkanlah aku untuk pergi.” Kelinci memohon kepada merpati putih.

Merpati putih adalah binatang yang baik, ia tidak tega bila mendengar permohonan kedua temannya tersebut. “Baiklah, aku yang akan mencari tahu kebenarannya sendirian. Jaga diri kalian masing-masing, dan jangan sampai hutan ini gempar!”

Rusa dan kelinci mengangguk secara bersamaan dan berlalu pergi. Kini tinggal merpati putih dan harimau di sana, namun harimau bersiap juga untuk pergi.

“Tunggu harimau! Kau mendapatkan kabar itu dari mana?” tanya merpati putih kepada harimau.

“Aku mendapatkannya dari monyet.”

“Dimana monyet sekarang?”

“Aku tidak tahu, coba cari di sekitar pohon-pohon buah. Mereka biasanya di sana.” Setelah menjawab, harimau berlalu pergi.

Merpati putih juga langsung terbang menuju pohon buah. Ia masih memikirkan sahabatnya yang telah memilih jalan yang lain. Merpati cokelat memilih untuk menyebarkan kabar yang belum tentu kebenarannya tersebut.

Butuh 2 jam baginya untuk sampai di daerah pohon-pohon buah. Walaupun kelelahan, merpati putih tidak langsung beristirahat. Di sana ia hanya melihat sekelompok burung pipit. Merpati putih menanyakan apakah mereka melihat monyet. Burung-burung pipit itu menggelengkan kepala tanda tidak tahu. Merpati putih bingung, apa yang harus ia lakukan. Tetap menunggu di pohon buah atau mencari di tempat lain.

“Oh iya, apakah kalian mendengar kabar terbaru tentang hutan ini?” tanya merpati putih kepada burung pipit.

“Tentang rencana pembakaran hutan?” burung pipit mencoba memastikan. Saat melihat anggukan dari merpati putih, salah satu di antara mereka melanjutkan, “Iya, kami sudah mendengar, maka itulah kami di sini untuk mengambil beberapa buah ceri sebagai persediaan.”

Merpati putih semakin cemas karena beberapa binatang telah mengetahui kabar tersebut. Maka ia ingin segera pergi berkeliling hutan untuk mencari monyet. Sebelumnya ia berterima kasih kepada para burung pipit.

Hari hampir sore, namun merpati putih belum juga menemukan monyet. Malahan ketika ia bertemu kepada binatang lain dan menanyakan perihal kabar pembakaran hutan, mereka semua telah mengetahui kabar tersebut dan mulai gelisah. Merpati putih juga gelisah, takut jika hutan menjadi gempar dengan berita yang belum jelas kebenarannya tersebut.

Merpati putih sampai pada penghujung hutan. Ia melihat pantai yang membatasi hutan dengan lautan. Hari sudah malam ketika ia menemukan monyet sedang berada di sana. Merpati putih bergegas terbang ke arah monyet yang sedang duduk menikmati bintang-bintang.

“Nyet Monyet!” panggil merpati putih dengan segera.

Monyet menoleh ke arah merpati yang semakin mendekat. Saat merpati putih telah sampai di sisi monyet, monyet bertanya, “Ada apa merpati putih?”

“Aku telah seharian mencarimu, aku ingin menanyakan kebenaran kabar bahwa hutan akan dibakar 2 hari lagi. Benarkah berita itu?”

“Entahlah, aku mendengarkan berita itu dari manusia yang tinggal di seberang hutan. Mereka berbicara bahwa hutan sudah tidak berfungsi lagi, katanya mau dijadikan lahan yang lebih bermanfaat. Ya aku pikir salah satu caranya dengan membakar hutan, lalu membuat perkebunan.”

Merpati putih tampak bingung. Berita yang berkembang di dalam hutan didasarkan dengan dugaan monyet belaka. Merpati putih lalu menjadi marah dan berkata dengan nada tinggi, “Kau tidak tahu apa yang terjadi dengan dugaanmu tersebut? Seluruh penghuni hutan saat ini sedang dilanda kebingungan, hutan menjadi gempar!”

“Sabar Merpati putih! Aku hanya berbicara kepada harimau tapi tak menyuruhnya untuk menyebarkan berita tersebut. Jangan salahkan aku! Aku juga tidak salah, aku mendengar bahwa hutan akan dialih fungsikan menjadi lebih baik, kalau bukan dengan pembakaran, mungkin juga dengan pemerataan!”

“Dan kamu tidak takut?” 

“Masih ada 2 hari lagi, aku santai saja, mumpung lagi di pantai.”

Merpati putih tampak semakin jengkel dengan ulah monyet. Ia tidak tahu akibat yang ditimbulkan dari berita yang berkembang di hutan. Merpati putih langsung terbang menuju pemukiman manusia di sisi lain hutan.

Malam semakin larut, walaupun merpati putih tetap ingin mencari manusia, ia tidak bisa menahan rasa kantuknya. Merpati putih berhenti pada pohon terdekat yang ia temui. Merpati putih pun tidur, menghabiskan malam.

Matahari telah meninggi, merpati putih bangun kesiangan. Merpati putih lalu melanjutkan perjalanan menuju pemukiman manusia. Selama perjalanan, ia melihat beberapa kelompok binatang telah bersiap untuk pergi dari hutan. Merpati putih harus segera menyelesaikan misinya.

Butuh hampir satu hari untuk mencapai pemukiman manusia. Ketika merpati putih sampai di sana, hari sudah sore. Sama seperti ketika ia menemui monyet.

Merpati putih menemukan manusia yang sedang berkumpul, mencoba mendengarkan obrolan mereka.

“Kita harus segera melakukan pemeliharaan terhadap hutan.” ucap salah satu manusia.

“Ya, hutan harus kita jaga supaya dapat bermanfaat bagi anak cucu kita.” ujar manusia yang paling tua.

“Dan untuk merayakannya, kita adakan bakar-bakar ubi!” usul manusia paling muda.

Mereka semua bergembira. Merpati putih telah memastikan bahwa besok tidak akan ada pembakaran hutan. Manusia malah ingin menjaga kelestarian hutan. Ia harus segera memberitahukan kabar gembira tersebut kepada binatang hutan yang lain.

Ketika merpati putih terbang pulang ke dalam hutan, malam sudah menyapa. Sama seperti kemarin ia tidak kuasa menahan kantuk. Merpati putih menuju pohon terdekat untuk berisitirahat.

Pagi ini merpati putih benar-benar bangun kesiangan. Ia harus segera bergegas menuju tengah hutan dan menyampaikan kabar bahwa pembakaran hutan adalah berita bohong. Selama terbang, ia meneriakkan, “Hutan tidak akan dibakar! Hutan tidak akan dibakar!”

Tampak dari kejauhan, tepatnya di tengah-tengah hutan, merpati putih melihat sebagian besar binatang berkumpul. Mereka dikumpulkan oleh sang raja hutan, singa. Singa sedang memberikan pidato dan nasihat.

“Jadi, mungkin ini adalah hari terakhir kita di hutan ini. Kita harus banyak berterima kasih kepada hutan yang telah memberikan kita banyak manfaat, tapi yang paling penting adalah rasa syukur kita kepada Tuhan!”

Saat singa belum menyelesaikan pidatonya, merpati putih terbang meluncur ke samping singa. Merpati putih memotong, “Tunggu dulu Pak Singa, berita pembakaran hutan itu tidak benar!” Semua binatang saling bertanya dan berbisik.

"Apa maksudmu?" tanya Singa dengan penuh rasa penasaran.

"Saya telah mencari tahu kebenaran kabar tersebut, Pak Singa. Saya telah menanyakannya ke harimau, katanya dia diberitahu oleh monyet, maka saya bertanya kepada monyet, katanya dia mendengarkannya dari manusia, lalu saya terbang ke pemukiman manusia. Selepas saya di sana, saya mendengar bahwa manusia tidak berencana membakar hutan, malah ingin melestarikannya! Berita tersebut sama sekali tidak benar." Merpati putih pun melihat ke arah merpati cokelat, sahabatnya.

Semua binatang yang telah bersiap membawa barang-barang mereka tampak kecewa dengan informasi yang mereka dapatkan. Termasuk singa, ia tampak sangat geram. "Harimau! Kenapa kau memberitakan hal yang tidak benar kepadaku?"

"Maafkan saya Pak Singa, saya tidak tahu bahwa itu adalah berita bohong. Saya kan cuma memberitahukan kepada Pak Singa, rusa, kura-kura, kelinci, merpati putih dan merpati cokelat! Oh iya, saya tahu berita itu dari monyet!" Harimau menunjuk ke arah monyet.

"Aku tidak pernah menyuruhmu untuk menyebarkan berita tersebut!" monyet mencoba untuk membela diri, "Dan yang harus disalahkan adalah penyebar berita tersebut!"

"Iya benar!"

"Merpati cokelat yang memberitahu kami!"

"Dasar penyebar berita bohong!"

Ucapan-ucapan tersebut keluar dari para binatang. Mereka ingat bahwa yang menyebarkan berita tersebut kepada mereka adalah merpati cokelat. Merpati cokelat adalah burung yang jujur, sehingga banyak binatang yang percaya dengan perkataannya. Hanya saja ia tidak mencari kebenaran dari informasi yang ia dengar.

Ketika semua binatang mulai menyalahkan merpati cokelat, singa berkata, "Cukup semuanya! Ini bukan hanya salah merpati cokelat, ini juga salah kita, aku dan kalian, yang telah mempercayai berita itu mentah-mentah tanpa bertanya apakah berita tersebut benar atau tidak. Ini adalah pelajaran bagi kita supaya di kemudian hari kita dapat mencari tahu kebenaran suatu informasi sebelum menyebarkannya, atau akibat yang ditimbulkan akan lebih buruk. Dan terima kasih kepada merpati putih karena telah memberitahu kita kebenaran tentang berita tersebut. Kita harus meniru sikap merpati putih."

Semua binatang bersorak. Merpati putih terbang ke arah merpati cokelat. "Maafkan aku, merpati putih. Aku tidak secerdas engkau saat menerima informasi."

"Tidak masalah merpati cokelat, ini adalah pelajaran bagi kita semua." Setelah mengucapkan itu, mereka berdua berpelukan.

Semua penghuni hutan kembali ke tempat masing-masing. Mereka telah mendapatkan suatu pelajaran berharga hari ini.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rahasia di Balik Nama 'Soi'

ii..So'i takok ii.. ii..So'i takok ii... ii..So'i takok ii.. (RE: ii..So'i tanya ii) Tulisan diatas adalah lagu yang sering dinyanyikan Gentong, saat bertanya tentang pelajaran kepadaku.   SOI. Nama yang terdiri dari 3 huruf ini menjadi saksi perjalanan hidupku. Setiap orang yang bertemu dan mengetahui nama populerku, yaitu soi, mereka bertanya, apa hubungannya Safrizal Ariyandi dengan Soi. Namun, nama Soi atau yang sekarang bisa menjadi Soimin, Somen, atau Sombe, memiliki perjalan panjang dalam penciptaan nama tersebut. Melalui artikel ini, aku akan mengungkapkan rahasia di balik nama yang melegenda tersebut.

Ponokawan Belajar Bahasa Jepang

Sepertinya Petruk penasaran dengan tulisan njelimet yang ada di brosur yang baru didapatnya. ''opo kuwi, Truk?'' samber Gareng, hladalah Bagong nyauti, ''iku boso jepang, ckckck...nihongo desu yo.'' Petruk dan Gareng mlongo, seperti ketika melihat Dropadi ditelanjangi di depan para Korawa dan Pandawa saat bermain dadu, seakan tak percaya. ''Sini sini, ta'uruki..'' Bagong rada sombong, ''ini bahasa jepang, tulisannya kayak pallawa atau aksara jawa..'' Petruk mantuk-mantuk. Petruk dan Gareng menyimak pelajaran yang diajarkan oleh Bagong, tiba-tiba sang Rama, Semar lewat, ''heuheuheu, good good.''