"Allah!", aku terperanjat dari tidur. Terbangun lalu kucoba 'tuk duduk bersila di atas kasur. Nafasku berat dan tersengal seperti ada sebuah balok kayu besar yang ditaruh di atas dadaku. Dapat kurasakan setiap nafas yang terhembus mengeluarkan bunyi yang nyaring. Bunyi yang keluar dari rongga hidungku terlampau keras hingga aku dapat mendengarnya bersautan dengan suara detak jarum jam. Aku mendongak ke arah jam yang bertengger di dinding. Waktu menunjukkan pukul 2 dini hari. "Aku bermimpi buruk," gumamku sembari memegang kepala yang sempat terasa sakit ini. Tanganku basah oleh keringat yang mengalir di dahiku. Aku hampir tidak pernah bermimpi buruk sejak 1 tahun yang lalu. Aku benar-benar merinding dengan apa yang sempat aku lihat dalam mimpi tadi. Aku hanya bisa mengingat sesosok hitam yang mengejarku hingga ke tengah lapang, mengejar terus seakan tak mengijinkanku untuk menjauh, lalu aku menuju sebuah gang yang kukira tak berujung. Di kanan kiri gang tersebu...
faktivis, anti kredo, pencari persamaan di tengah perbedaan, udah hobi nggambar sejak kecil, dan baru saja suka nulis