Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

Mukena Biru Tua : Jatuh Cinta Kedua

Kantin, adalah tempat-ku-jatuh-cinta kedua kepada Dina. Siang hari ketika siswa-siswa bersorak gembira karena mendapatkan kabar bahwa guru-guru akan mengadakan rapat, ketika Aku dan Ahmad dan Arrasyid bingung karena tak ada kegiatan di masjid Al Maghfiroh (di SMA ku), sehingga harus luntang-lantung mencari kesibukan, aku memutuskan untuk mengajak kedua sahabatku ini menuju kantin. Kantin yang berukuran sebesar setengah lapangan, yang kira-kira berisi 6 penjual makanan dengan tempat masing-masing berpanjang dua-setengah meter dan berlebar tiga meter, mendadak sepi. Mungkin siswa yang lain sudah berebut jalan menuju pulang mereka masing-masing.

Volta bagian 1 : Credas telah Kembali

Rex Stone sudah menghitung kapan waktu yang tepat untuk menjemput Raptor G, sahabatnya. Raptor G adalah ilmuwan yang berambisi membuat mesin waktu hanya untuk melihat kehidupan dinosaurus secara langsung, lalu membekukan diri supaya bisa kembali ke masa kini. Selain karena perhitungan yang mendetail, Rex Stone semakin yakin bahwa sahabatnya itu telah berhasil menyelesaikan ambisinya setelah ada kabar angin bahwa seorang manusia purba ditemukan membeku di laut Maroon, seperti apa yang sudah direncanakan Raptor G. Rex Stone harus segera bergegas menuju Negara bagian Greatania tempat laut itu berada. Entah mengapa, ada hubungannya atau tidak, kebetulan atau tidak, namun Raptor G muncul di saat yang tepat ketika sebuah geng pemberontak bersenjata kembali bangkit. Geng yang berusaha menggulingkan negara pemerintahan pusat. Raptor G adalah yang pertama, pikir Rex Stone. Ia bermaksud mengumpulkan 6 sahabat yang lain. Dengan adanya Raptor G di sebelahnya, mereka dapat merencanakan rencana sel

Cinta yang Membuatnya Yakin untuk Berjuang

Ponokawan Somen melihat seekor rajawali terbang di atas kepalanya. Burung itu berputar-putar seperti sedang menunggu apa yang akan terjadi setelah ini, ingin menyaksikan sebuah pertempuran antara ksatria dan ponokawan yang tak (pernah) sebanding, antara Somen dengan calon musuhnya, Prabu Burisrawa, putra Prabu Salya dari Kerajaan Mandaraka. Padang rumput di Negeri Antah Berantah ini akan menjadi saksi siapa yang terkuat di antara keduanya. Burung rajawali itu menukik tajam, perlahan pergi hingga tak lagi terlihat di kaki langit. Ponokawan asal Negeri Madayu itu tidak pernah menduga akan terlibat dalam pertarungan ini. Ia merasakan banyak keganjilan di dalam pikiran dan hatinya. Semestinya ia tak menerima tantangan Burisrawa secepat itu, namun ia tahu apa yang akan dilakukan, lagi pula tekadnya sudah bulat.

Harapan itu Berbentuk Kaleidoskop Air Mata

"Kenapa lagi kau, Men?" tanya Ponokawan Junet, sembari mendekat, lalu duduk di samping Somen yang sedang menatap danau belakang istana. "Haruskah seseorang semakin dewasa tentang cinta, setelah ia mengalami beberapa kali patah hati, Jun?" Pandangan Somen semakin kabur. Ia berusaha tegar namun ia tak sanggup menahan air mata yang seindah kaleidoskop itu di matanya. "Setiap orang berhak menjadi dewasa, Men. Semua orang juga berhak merasakan cinta," Junet yang sebelumnya memandangi muka Somen, setelah tahu mata temannya itu mulai berair, ia mengalihkan pandangannya ke arah danau. "Kau harus belajar dari masa lalu, bukankah kau pernah merasakan hal yang sama ketika mencintai Dewi Kencana Asri?"