Langsung ke konten utama

Rahasia di Balik Nama 'Soi'

ii..So'i takok ii..
ii..So'i takok ii...
ii..So'i takok ii..
(RE: ii..So'i tanya ii)
Tulisan diatas adalah lagu yang sering dinyanyikan Gentong, saat bertanya tentang pelajaran kepadaku.
 
SOI. Nama yang terdiri dari 3 huruf ini menjadi saksi perjalanan hidupku. Setiap orang yang bertemu dan mengetahui nama populerku, yaitu soi, mereka bertanya, apa hubungannya Safrizal Ariyandi dengan Soi. Namun, nama Soi atau yang sekarang bisa menjadi Soimin, Somen, atau Sombe, memiliki perjalan panjang dalam penciptaan nama tersebut. Melalui artikel ini, aku akan mengungkapkan rahasia di balik nama yang melegenda tersebut.

 
Berawal saat aku kelas 6 SD.
Saat itu lagi musimnya acara WWE SmackDown, masih memiliki pemikiran seperti anak kecil, teman-teman di kelasku meniru adegan, gaya, dan tokoh dalam acara tersebut. Akupun tidak mau kalah, aku memakai nama Rex Stone atau Son "Isol" Tol... (Nama Son Isol ini yang sampai sekarang aku pakai sebagai nama dunia mayaku). Nama Son Isol mulai populer di kelasku, dan aku juga sering menyebutnya. Di akhir kelas 6 SD, aku mulai akrab dengan Adit, aku memanggilnya So'odet. Dan dia memanggilkua Son Isol.

Kelas 7 SMP.
Secara kebetulan, aku dan Adit diterima di SMP yang sama, satu kelas pula, kelas 7B. Dia yang membawa nama Son Isol itu ke SMP. Adit yang memperkenalkan nama Son Isol kepada teman-teman di kelas.
Waktu itu, aku selalu pulang bersama Adit, Wahyudi, dan Diko. Wahyudi mungkin yang pertama mencetuskan nama Soi, ia selalu memanggilku dengan nama  Soy, plesetan dari kata Son Isol. Mulai dari sinilah, Adit dan teman-teman di kelas memanggilku dengan nama Soy, nama yang sangat mudah untuk dilafalkan. Lama kelamaan nama Soy menjadi Soi, yang mulanya terdiri dari satu suku kata (RE : Soy) menjadi dua suku kata (RE : So dan I). Adit dan satu temanku yang lain, Udin, mempopulerkan nama So'o... Adit menjadi So'odet, Udin menjadi So'oden, Dimas menjadi So'omas, dan sebagainya.

Kelas 8 SMP.
Aku dan Dimas adalah siswa laki-laki dari kelas 7B yang masuk ke kelas 8C. Jadi aku bingung duduk dengan siapa. Untungnya, waktu itu Roy Aditya (alm.) anak yang aku kenal di game online, juga masuk di kelas yang sama denganku. Aku mengajaknya untuk duduk denganku, dan ia mau. Aku dan Roy adalah sahabat, kami sering bertengkar tapi juga saling mengisi. Soy dan Roy.
Lama-lama aku memanggil Roy dengan nama Roimin, dia memanggilku dengan nama Soimin. Inilah awal dari terciptanya nama Soimin.

Kelas 9 SMP.
Nama Soi ataupun Soimin, menjadi populer, menjadi nama unik yang melekat pada diriku. Nama ini menjadi populer, karena pelafalannya yang mudah daripada nama asliku, Safrizal. Waktu itu aku tidak satu kelas lagi dengan Roy. Kelas 9, aku duduk dengan Yos Surya. Dia adalah teman sebangkuku sewaktu di kelas 7B.
Di kelas ini, aku mengenal Dwi, Badruz, Rahman, Farid, dan yang lainnya. Dwi dan Rahman menghilangkan huruf I pada Soimin menjadi Somin saat memanggilku. Somin bila dilafalkan dalam logat medok Surabaya, menjadi Somen. Inilah awal terciptanya nama Somen.

Kelas 10 SMA.
Hari terakhir MOS, Adit berkunjung ke rumahku, tidak seperti biasanya. Dia bercerita mengenai Roy, yang kebetulan diterima SMA yang sama. Kami mengobrol panjang lebar, dan waktu itu aku tidak mengerti maksud dari cerita Adit. Lalu dia mengajakku untuk takziah ke Roy. Aku kaget, aku menganggap waktu itu Adit bercanda, atau hanya salah bicara. Dan ternyata, malam itu aku diberitahu bahwa Roy, sahabatku, telah berpulang ke Rahmatullah. Aku kehilangan orang yang memanggilku Soimin.

Di sekolah yang baru, yang membawa nama Soi adalah Farid, teman satu kelasku di 9C. Farid juga satu kelas denganku sewaktu kelas 10, 10-7. Dia yang memperkenalkan nama Soi kepada teman-teman di 10-7. Di kelas tersebut aku mengenal Candra, Fikri, Rishal, dan yang lainnya. Candra dan Rishal memanggilku dengan nama Sombe, alias Soi Lambe. Inilah awal nama Sombe lahir.

Kelas 11 SMA sampai sekarang tidak ada, perubahan dalam penamaan Soi. Teman-temanku ada yang memanggilku dengan nama Soi, Soimen, Somen, Sombe atau yang lainnya, ini tidak masalah bagiku. Guru-guru, seperti Bu Emi, Pak Rudi, Pak Ajid juga memanggilku dengan nama Soi. Nama yang sangat populer, bahkan melebihi nama asliku. Bahkan, ada yang mengenalku dengan nama Soi dan tidak mengerti nama asliku. Nama Soi telah mengalami perjalanan panjang, dan menjadi saksi bisu akan cerita-ceritaku sampai saat ini. Soi..oh...Soi...

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Dua Ekor Burung Merpati

Alkisah, di sebuah hutan terdapat 2 ekor burung merpati yang bersahabat. Burung merpati putih dan burung merpati berwarna cokelat. Mereka berdua adalah sahabat sejati. Keduanya saling menolong dan membantu jika ada salah satu di antara mereka yang membutuhkan. Tidak hanya kepada sahabatnya, mereka terkenal baik hati kepada seluruh penghuni hutan. Baik merpati putih maupun merpati cokelat adalah burung yang ramah dan jujur. Hanya saja merpati putih yang lebih cerdas daripada merpati cokelat. Merpati putih suka mencari tahu tentang segala hal.  Merpati putih selalu bersama merpati cokelat kemana pun mereka pergi, mulai dari mencari makan, belajar dan mengunjungi teman yang lain. Penghuni hutan yang lain sudah mengetahui persahabatan di antara keduanya, bahkan sang raja hutan, yaitu singa yang memberikan istilah sahabat sejati kepada keduanya. Pada suatu hari yang cerah, saat merpati putih dan merpati cokelat terbang bersama, mereka melihat kerumunan binatang di bawah mereka.

Ekspresi Galau dalam Bahasa Jepang

suatu ketika, saya ngetweet di @bhsjepang, sekalian menambah ekspresi2 dalam bahasa jepang, lalu ada follower yang mention, "tema hari ini galau ya?" hehehe, jadi saya membuat rangkuman tweet saya yang dikira galau tersebut, 1. aishitemo ii desu ka | bolehkah aku mencintaimu? 2.  anata no egao ga daisuki desu yo | aku sangat suka senyumanmu lo 3. konban, boku no yume ni anata o aitai desu | malam ini, aku ingin bertemu dg mu di dalam mimpiku